Dalam pendidikan online, tantangan utama yang harus dihadapi oleh pengajar adalah tentang sumber daya dan kesiapan pelajar. Beberapa siswa tanpa akses internet atau tidak memiliki teknologi yang andal untuk berpartisipasi dalam pembelajaran digital. kesenjangan ini terlihat di seluruh negara dan di antara kelompok pendapatan rendah. Ada kesenjangan yang signifikan antara pelajar yang berasal dari latar belakang orang kaya dan kurang beruntung: sementara hampir semua anak berusia 15 tahun dari latar belakang kaya mengatakan mereka memiliki komputer untuk belajar, sedangkan bagi pelajar dengan ekonomi yang termasuk kurang, mereka tidak memiliki computer atau pun memiliki smartphone yang andal untuk mengikuti pembelajaran.
Apakah belajar online sama efektifnya?
Bagi mereka yang memiliki akses ke teknologi yang tepat, ada bukti bahwa belajar online bisa lebih efektif dalam beberapa cara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata, siswa mengingat materi 25-60% lebih banyak saat belajar online dibandingkan dengan belajar di kelas yang hanya dapat mengingat sekitar 8-10%. Hal ini sebagian besar karena siswa dapat belajar lebih cepat secara online. e-learning membutuhkan 40-60% lebih sedikit waktu untuk belajar daripada di ruang kelas tradisional karena siswa dapat belajar dengan kecepatan mereka sendiri, kembali dan membaca ulang, melewatkan, atau mempercepat melalui konsep yang mereka pilih.
Meski demikian, efektivitas pembelajaran online bervariasi di antara kelompok umur. Konsensus umum pada anak-anak, terutama yang lebih muda, adalah bahwa lingkungan yang terstruktur diperlukan, karena anak-anak lebih mudah terganggu. Untuk mendapatkan manfaat penuh dari pembelajaran online, perlu ada upaya bersama untuk menyediakan struktur ini dan lebih dari sekadar mereplikasi kelas fisik melalui video. Karena penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak secara ekstensif menggunakan indra mereka untuk belajar, membuat belajar menjadi menyenangkan dan efektif melalui penggunaan teknologi sangat penting,
Sebuah keharusan untuk pendidikan yang berubah
Jelas bahwa pandemi COVID-19 telah benar-benar mengganggu sistem pendidikan yang oleh banyak orang dianggap sudah kehilangan relevansinya. Sekolah harus terus fokus pada keterampilan akademik tradisional dan pembelajaran, bukan pada keterampilan seperti berpikir kritis dan kemampuan beradaptasi, yang akan lebih penting untuk sukses di masa depan. Bisakah peralihan ke pembelajaran online menjadi metode baru yang lebih efektif dalam mendidik siswa? Sementara beberapa orang khawatir bahwa transisi online yang terburu-buru mungkin telah menghalangi tujuan ini, yang lain berencana untuk menjadikan e-learning sebagai bagian dari kehidupan new normal dan lebih mengutamakan e-Learning karena mereka telah merasakan manfaatnya secara langsung. Ini akan menjadi perubahan arah pendidikan dari yang sebelumnya 100% tatap muka, dapat menjadi pembelajaran Hybrid learning (offline & online), blended learning maupun flipped classroom.