Kalimat terakhir yang terkenal dari Back to the Future adalah sekarang lebih relevan dari sebelumnya. Kita bergerak menuju pendidikan hybrid dan tidak ada satu jalan pun untuk tidak membawa kita ke sana.
Kita harus menerima bahwa kita perlu menyesuaikan pendidikan dengan nuansa pembelajaran digital. Kita telah mempelajari bahwa inilah saatnya untuk menerima augmentasi sebagai pokok pembelajaran digital. Dan sekarang, kita mengusulkan pendidikan hybrid sebagai jalan ke depan. Pendidikan hybrid tidak hanya akan memastikan bahwa kampus/sekolah dapat dibuka dengan aman dan mengatasi gangguan, tetapi juga akan menjamin bahwa siswa dan fakultas dapat berhasil menyelesaikan pendidikannya kapan pun dan di mana pun. Kemampuan untuk memiliki kembaran digital untuk setiap kelas fisik ada dalam jangkauan kita. Tapi Anda menginginkannya kapan?
Membangun Masa Depan Hybrid
Sama seperti kita beralih dari pembelajaran fisik ke pembelajaran virtual, kita sekarang perlu mengubah sistem pembelajaran virtual kita menjadi sistem pembelajaran hybrid. Perjalanan ini rumit dan akan sulit diselesaikan dalam beberapa tahun, apalagi berbulan-bulan.
Untuk menciptakan ruang fisik dan virtual secara hybrid, universitas dan sekolah harus merangkul perubahan. Peserta didik dan pendidik perlu menyesuaikan diri dengan konsep pembelajaran hybrid dan penggunaan kelas asinkron dan sinkron (misalnya, tatap muka, siaran langsung, konferensi video, dan sesuai permintaan). Program pengembangan akademis yang diluncurkan ini untuk membantu fakultas menyesuaikan diri dengan cara baru pedagogi telah menguntungkan para pengajar. Sekarang kursus ini harus berporos untuk menangani instruksi hybrid.
Memberdayakan Pembelajaran Digital
Pandemi telah menunjukkan kepada kita bahwa pelajar digital tidak unggul saat pembelajaran online berarti menonton penyampaian materi selama 45 menit yang direkam oleh guru pada malam sebelumnya. Mereka juga tidak berkembang saat pengajar memanfaatkan alat kolaborasi hanya untuk menyampaikan kelas tanpa mengundang kolaborasi. Sekarang, kita menghadapi kurva pembelajaran baru dengan pendidikan hybrid.
Siswa generasi yang akan datang akan menggunakan format video pendek dengan konten yang ditambah dan disematkan dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti alat media sosial yang mereka kenal dan sukai. Bentuk konten tambahan ini dapat mengubah ruang kelas. Saat ini, dalam model hybrid ini, kita memiliki kesempatan untuk menerapkan metode penilaian, pengujian, dan penilaian baru yang menggunakan lebih banyak variasi media dan alat.
Mendorong Kolaborasi
Vendor kolaborasi berinovasi dengan kecepatan tinggi. Berbagai fitur telah dilacak dengan cepat untuk menghadirkan integrasi plug-and-play yang disederhanakan dengan alat kolaborasi. Dengan memanfaatkan konferensi web terintegrasi dengan LMS yang ramah pengguna dan intuitif seperti Webex, pengajar dan mahasiswa dapat membuat langkah besar dalam menerapkan model hybrid. Pembelajaran hybrid menggunakan kolaborasi tingkat lanjut untuk memungkinkan penyerahan tugas yang disederhanakan, kelompok belajar yang lebih efisien, jam kerja yang lebih nyaman, dan panduan fakultas yang lebih baik. Integrasi penuh memungkinkan pengiriman visual dan audio, seperti podcast, di ruang kolaborasi persisten yang aman seperti Tim Webex. Guru dan siswa akan berkumpul di kelas fisik melalui titik akhir, layar interaktif, perangkat seluler siswa, dan secara virtual melalui web/platform seluler.
Misalnya, siswa dapat membuka ruang kolaborasi dalam kelompok belajar kelas atau dengan tutor atau guru untuk mengupload video pendek, foto, atau materi tertulis untuk ditinjau. Setiap kiriman diberi cap waktu, diarsipkan di ruang hybrid dan direplikasi ke platform manajemen dokumen yang dipilih (seperti Google Drive, OneDrive, atau Box) atau perpustakaan media (misalnya, Vbrick atau Safari Montage). Tugas dapat dikirimkan sebagai tautan, obrolan, atau pesan email atau melalui dasbor kursus melalui LMS. Seorang guru dapat memunculkan konten dan membagikannya kepada semua siswa melalui alat kolaborasi, secara bersamaan membagikannya ke sistem AV kelas, setiap perangkat siswa, dan peserta jarak jauh.
Pendidikan hybrid membutuhkan penggabungan metode pembelajaran asinkron dan sinkron agar nilai sebenarnya dapat direalisasikan. Misalnya, kecerdasan buatan (AI) yang disematkan dapat membantu pendidik dan siswa dengan membuat transkrip langsung. AI, seperti Cisco's Webex Assistant, juga dapat memberikan teks tertutup dan terjemahan secara real time, dapat membuat catatan dan bahkan dapat membuat ringkasan pelajaran secara otomatis. Semua siswa dapat memperoleh kelas versi tertulis dari ruang kolaborasi atau LMS. Sekarang pertimbangkan seorang siswa penderita disleksia menyampaikan penjelasan video untuk proyek sains; Webex Assistance akan membuat pengajuan tertulis untuknya. Transkrip waktu nyata ini dengan potensi untuk diterjemahkan atau memiliki poin kunci adalah contoh nyata dari pembelajaran tambahan.
Masa Depan Dimulai Sekarang
Bayangkan: menggunakan kontrol video jarak jauh, seorang guru seni pahat dapat memeriksa elemen teknis dari karya seni siswa dengan memperbesar dan mengitari karya tersebut. Bayangkan integrasi mikroskop dengan power workstation VDI sehingga peralatan lab dengan definisi sangat tinggi dapat dibagikan secara langsung di seluruh lab penelitian, lab fisik, dan kelas STEM. Inovasi dengan kolaborasi.
Berpindah ke model hybrid berarti mengadaptasi praktik pengajaran dan alat yang kita gunakan untuk mengajar. Teknologi dari vendor seperti Cisco memungkinkan evolusi inovatif. Tetapi evolusi membutuhkan waktu. Institusi pendidikan perlu merencanakan untuk menyesuaikan apa yang mereka bisa dalam 70 hari ke depan agar benar-benar berhasil dalam 1.000 hari berikutnya.
Kita telah berbicara banyak tentang transisi ke pembelajaran jarak jauh. Kita telah belajar dari masa lalu. Sekarang saatnya kembali ke masa depan pendidikan. Jadi bersiaplah, karena kita tidak memerlukan jalan menuju pembelajaran hybrid, tetapi kita sedang membangunnya.
Ilustrasi (c) Unsplash.com