Bukan rahasia lagi bahwa perubahan mendadak ke format pembelajaran online membuat banyak siswa merasa tidak terlibat dan instruktur berjuang untuk terhubung dengan siswa mereka. Dan meskipun kelihatannya jawabannya adalah kembali ke “normal”, bagi sebagian besar siswa, “normal” itu jauh dari kata optimal. Banyak sekolah menampung siswa di ruang kuliah yang besar, dan siswa sering kali dengan cepat mengabaikannya; “pembelajaran jarak jauh” secara efektif dimulai dari baris ketiga.
Tetapi bahkan pengalaman itu jauh dari tersedia secara universal. Di AS, 74 persen mahasiswa sarjana adalah mahasiswa non-tradisional, belajar sambil bekerja, melayani sebagai pengasuh atau komitmen lainnya. Bagi siswa tersebut dan lainnya, pembelajaran online menawarkan fleksibilitas yang sangat dibutuhkan. Memang, 73 persen mahasiswa lebih memilih untuk mengambil beberapa sekolah online sepenuhnya pasca-pandemi. Di seluruh dunia, banyak orang tidak dapat berpartisipasi dalam pengalaman pendidikan tradisional karena keadaan hidup mereka. Pembelajaran online memiliki potensi untuk memungkinkan lebih banyak orang mengubah hidup mereka dan membuka pintu mobilitas sosial dan ekonomi.
AkuBelajar.ID telah menemukan bahwa mengingat fleksibilitas sekolah online, bimbingan dan dukungan sangat penting. Eksperimen yang gagal untuk meningkatkan fleksibilitas dengan menghapus semua tenggat waktu sekolah menghasilkan tingkat penyelesaian yang jauh lebih rendah, karena penundaan tanpa batas menjadi default. Tingkat penyelesaian tetap rendah secara terus-menerus bahkan di antara pelajar yang berniat untuk menyelesaikan dan upaya untuk meningkatkannya memiliki dampak yang terbatas.
Untungnya, bekerja di bidang ilmu saraf, psikologi perilaku, dan penelitian pendidikan telah menghasilkan wawasan yang signifikan tentang apa yang berhasil untuk pembelajaran wawasan yang bahkan lebih penting dan yang mengejutkan lebih mudah diterapkan, di dunia online.
Salah satu eksperimen awal adalah tutored video instruction (TVI), yang dipelopori oleh Jim Gibbons dari Stanford. Daripada meminta siswa jarak jauh menonton video yang direkam dalam waktu mereka sendiri, kelompok-kelompok kecil menonton video bersama, bersama dengan seorang fasilitator yang secara teratur menjeda video untuk diskusi interaktif. Hasilnya mengejutkan.
Kelompok TVI tidak hanya mengungguli mahasiswa yang menonton video sendiri tetapi juga mahasiswa di Stanford University. Selanjutnya, mahasiswa yang diuntungkan secara tidak proporsional adalah mereka yang kurang siap, mereka memiliki nilai IPK dan GRE yang lebih rendah, tetapi mereka masih mengungguli mahasiswa di kampus.
Lebih luas lagi, meta-analisis dari ratusan studi menunjukkan bahwa metode instruksi kolaboratif dan aktif menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam hasil belajar. Siswa yang akan mendapat nilai pada tingkat persentil ke-53 dengan metode pembelajaran individualistik akan mendapat nilai pada persentil ke-75 ketika belajar secara kooperatif.